The Burden of the White Classroom

The excitement was too much to contain! In 2021, I had finally secured a position at a Charter School as an AP English Teacher. My dream job! Within the first week I was adopted by a tightknit group…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Apa itu Mindset?

Bayangkan begini.

Suatu ketika kamu mendapatkan uang Rp1 miliar.

Yha, katakanlah kamu dikasih orang-entah-siapa yang nggak sengaja ketemu di toilet terminal.

Sudah, sudah, nggak usah pusing dapat uang dari mana.

Pokoknya kamu dapat uang Rp1 miliar. Titik.

Nah, pertanyaannya, uang Rp1 miliar itu mau kamu gunakan untuk apa?

Action yang diambil akan berbeda tiap orang.

Katakanlah ada A, B, dan C.

A adalah seorang pengangguran yang pemalas.

B adalah seorang siswa SMA polos dari daerah.

C adalah seorang entrepreneur dan investor gigih.

Cara berpikir ketiganya sangat berbeda tentang uang.

A berpikir bahwa uang itu ada untuk ia habiskan.

B berpikir uang itu untuk ditabung.

C berpikir uang itu untuk dijadikan modal bisnis dan diinvestasikan.

Pola pikir ketiganya berbeda.

Itu membuat action yang diambil pun berbeda jauh.

A bisa jadi akan menghamburkannya dengan membeli minuman atau nyimeng.

Uangnya seketika habis.

B bisa jadi akan membuka rekening dan menabung seluruh uangnya di sana.

Uangnya perlahan berkurang karena inflasi.

C sangat mungkin akan berinvestasi di pasar saham, reksadana, atau menaruh uangnya menjadi modal bisnis.

Uangnya bertambah karena ia mendapat capital gain dan dividen.

Pola action yang diambil sangat berbeda karena pola pikir mereka pun sangat berbeda.

Itulah mindset.

kira-kira begini bagannya

Ia adalah cara berpikir yang akhirnya memandu seseorang untuk bertindak.

Ia adalah apa yang kita percayai (believe) dan yakini (faith) yang akhirnya menentukan diri kita.

Saya akan katakan terus terang: kamu harus baca buku Mindset karya nya Carol S Dweck.

sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia kok, bro…

Buku itu bagus banget, terutama di bagian awal.

ini bu Carol lagi bergaya (goodreads)

Carol membagi mindset seseorang menjadi dua bagian.

Petama, fixed mindset.

Kedua, growth mindset.

Apa sih maksudnya?

Kita bahas bareng ya..

Fixed Mindset

A adalah seorang fresh grad dari fakultas ekonomi sebuah universitas ternama di Indonesia.

Dia pede bisa menaklukkan dunia bisnis dengan ilmu yang dia pelajari di kampus.

A pun bikin bisnis online dengan segera.

Dia menjual sepatu.

Hasilnya…GATOT.

Gagal Total, gan!

Di fakultasnya dulu, nggak diajari cara mendatangkan traffic ke website.

Nggak pula diajarin teknik closing.

Atau nggak diajarin pula cara menangani keluhan pelanggan.

A merasa hidupnya hancur.

Sudahlah, aku tak berharga lagi! kata A.

Dia mewek.

Pulang ke kosannya yang kecil, dia membenamkan wajahnya di bantal.

Menangis.

Ya, si A mengalirkan air mata.

Deras :(

Temannya sampai tak tega hati mengejeknya.

Tadinya mau dicengin sih, tapi melihat A begitu desperate, nggak jadi deh.

Takut kualat.

Si A ngerasa dirinya udah nggak berharga.

Dunia tamat!

Siapalah aku, remahan rengginang, kering abis dijemur di atas genteng!

Masa depanku suram!

Habis sudah, nggak ada yang mau kawin sama lelaki yang gagal ini!

Begitu kira-kira A meratap.

Intinya, si A merasa dirinya tamat.

Dia goblok banget.

Nggak bisa apa-apa.

Jualan sepatu online aja gagal.

Dia bukan orang terpilih!

THE END deh..

Kenapa si A sampai ngerasa seperti itu?

Ya, karena dia gagal saat membuka bisnis jualan sepatu online nya.

Apakah ini terasa familiar?

Ya, itulah yang dinamakan fixed mindset.

Pola pikirnya tetap.

Maksudnya, begini.

Ia merasa dirinya yang sekarang itu sudah “tetap”, nggak bisa berubah.

Nggak bisa lebih jago lagi, lebih ngerih lagi…

Udah puncak lah, nggak bisa berkembang jadi lebih keren lagi.

Makanya, saat orang yang ber-fixed mindset gagal, ia akan merasa tamat.

Jelas, karena ia merasa sudah di puncak, tapi kok tetap gagal.

Ya berarti saya memang nggak ditakdirkan sukses.

Bahaya banget kan pola pikir tetap ini?

Lalu, apa itu growth mindset?

Bayangkan orang yang sama, si A tadi.

Ia sama-sama gagal dalam jualan sepatu online.

Bedanya, kali ini si A memiliki growth mindset.

Pola pikir berkembang.

Maksudnya apa?

Ia meyakini tiap orang bisa berkembang.

Tiap orang bisa belajar.

Belajar nggak berhenti setelah lulus dari kampus terkenal se-Indonesia.

Belajar akan terus berlanjut sampai akhir hayat.

Kalau sekarang dia bego karena nggak mengerti cara menarik traffic ke website jualan sepatu nya, ya sudah.

Berarti memang saat ini ia harus telan pil pahit itu.

A harus belajar lebih giat lagi.

Harus merelakan waktu tidurnya untuk mengkebet buku, menonton video Youtube, ataupun mengikuti training digital marketing.

Buat apa?

Buat bertumbuh.

Sebab, ia yakin ia bisa belajar dari kesalahannya dalam jualan sepatu online itu.

Suatu ketika, Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya ketika rambut beliau sudah tampak memutih,

”Sampai kapan Engkau masih bersama dengan wadah tinta?”

Maksudnya, orang tersebut heran ketika Imam Ahmad rahimahullah tetap bersama dengan alat-alat untuk mencari ilmu seperti kertas dan wadah tinta, padahal usia beliau tidak lagi muda.

Imam Ahmad bin Hanbal menjawab dalam sebuah kalimat yang terkenal,

Maksudnya, Imam Ahmad belajar terus hingga ia wafat.

Itulah teladan yang ditunjukkan oleh para ulama muslim.

Kalau mau meneladani orang, teladani mereka!

Add a comment

Related posts:

School Nightmares

I am not a mother- but I have had the incredible honor of being old enough to help raise my little sister. Often I reflect on how much courage it takes to be a parent. To choose to bring a child into…

What I Learned About Variables That Changed My Understanding of Computer Programming

Variables are one of the most fundamental concepts learned as a software engineer or hobbyist programmer. So fundamental, they are, that it is easy to use them with an understanding of the what? and…

How Did the End of the World Become Old News?

There has been a lot of burning lately. Last week, wildfires broke out in the Arctic Circle, where temperatures reached almost 90 degrees; they are still roiling northern Sweden, 21 of them. And this…